15 Desember 2011

[INTERVEW] SONG HYE KYO – LAKUKAN TEROBOSAN AKTING

Tahun ini aktris cantik Song Hye Kyo kembali dengan peran barunya di film A Reason to Live (Today). Kali ini, dia mencoba tantangan baru dengan karakter yang berbeda dari biasanya. Lewat film ini Hye Kyo telah melepaskan imej yang dia bawakan selama 15 tahun kariernya. Simak wawancara dengan Hye Kyo tentang pandangannya terhadap akting, hubungan, dan masa depannya...

*Sepertinya karaktermu dalam A Reason to Live, Da Hye, selalu tertutup dan tak pernah menunjukkan emosinya, lepas dari pengalaman buruk yang dilaluinya setelah kehilangan tunangannya setahun sebelumnya.
Kepribadiannya perlahan menjadi seperti yang sekarang, dimulai dari saat kecil, karena ada dialog yang menyebutkan, “Ibu dan ayahku selalu bertengkar saat saya kecil, sehingga saya selalu diam karena rasanya semua akan meletus bila saya turut berteriak.” Karena itu dia juga bisa begitu pemaaf. Tapi, saya tak merasa tertekan olehnya. Sebenarnya dia sosok yang mirip denganku dalam banyak hal.

*Itu cukup mengejutkan, mengingat sebelumnya kamu lebih disukai oleh publik lewat imej ceria yang kamu tampilkan di peran di TV dan iklan.
Saya yakin kepribadianku yang sesungguhnya muncul dalam semua proyek yang kukerjakan. Tapi, saya pikir jauh di dalam, Da Hye dari A Reason to Live adalah yang paling mendekati diriku yang sesungguhnya. Tentu saja saya bersikap ceria dan banyak bicara saat bersama orang-orang terdekat, tapi itu bukanlah diriku yang sesungguhnya di dalam. Saya tidak terbiasa menunjukkan apa yang kusuka dan tak kusuka, dan sampai sekarang saya masih tidak pandai melakukannya. Saat saya merasa orang yang kuajak bicara tidak nyaman dengan apa yang kukatakan, saya langsung melupakan semua yang sudah kita bicarakan. Apakah saya tak perlu mengatakannya? Apakah ini melukai perasaannya? Apakah seharusnya saya mengatakan hal lain untuk menutupinya? Itulah hal-hal yang mulai kukhawatirkan dan membuatku tersiksa, jadi saya mengatakan pada diriku sendiri bahwa saya hanya perlu duduk diam dan tidak berkata apa-apa. Tapi, pada akhirnya, rasanya membuatku stres dengan cara yang sama dan terus bertambah. Jadi, saya pulang dan memikirkannya lalu melepasnya dengan sendirinya.

*Sepertinya saat tumbuh dewasa banyak orang yang mengatakan kamu dewasa.
Ya, saya pikir banyak orang berkata demikian padaku. Padahal saya tak pandai berbicara pada orang saat kecil. Dan saya rasa saya mungkin ingin, tapi tak tahu bagaimana caranya. Ini juga memalukan. Saya pikir rasa takut merasa malu karena tidak mendapat respon yang kuharapkan dari pihak lain saat mengucapkan sesuatu telah membuatku diam. Tapi sekarang saya lebih dewasa dan saya pikir saya sudah lebih nyaman saat berbicara dengan orang lain. Bahkan, saya mulai menikmatinya.

*Bagaimana rasanya bekerja sama dengan sutradara Lee Jung Hyang? Sepertinya dia memegang tanganmu di lokasi syuting, dan kabarnya dalam sebuah wawancara dia pernah menyebut dirimu seperti anaknya sendiri.
Dia mungkin memegang tanganku karena saya kedinginan. Saya mengira dia sosok yang menakutkan di lokasi karena dulu saya pernah melihat video lokasi syuting The Way Home garapannya, dan dia terlihat membentak aktor Yoo Seung Ho dengan sangat kasar. Tentu saja, itulah mengapa saya berharap dia akan menarik emosiku saat berakting. Tapi, saya berkata pada diriku sendiri untuk tidak mengharapkan suasana yang hangat di lokasi syuting, hahaha. Tapi, keadaan justru menjadi sebaliknya. Saat saya berkata padanya bahwa saya tidak menyangka dirinya begitu hangat, dengan setengah bercanda dia berkata, “Sudah sembilan tahun berlalu. Waktu sudah mengubahku seperti ini.” Tapi, dia masih tetap teliti. Dia bahkan menghentikan syuting bila ada masalah kecil sekalipun pada propertinya.

*Apa kamu pikir para aktor seharusnya menyerahkan semua pada sutradara, ataukah mereka seharusnya berpartisipasi secara aktif terhadap apa yang terjadi di lokasi syuting?
Dalam kasusku, saya pikir harus kedua-duanya. Saya mempercayai sutradara untuk sebagian besar hal, karena tentu saja saya membaca, menganalisa, dan mempersiapkan diriku sendiri untuk skenarionya, Tapi, ada pula aktor yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkannya. Sebaliknya, saya bertanya tentang hal-hal yang tak kupahami dan memberikan opiniku untuk beberapa bagian. Saya mungkin sudah pernah mengatakannya, tapi belumlah terlalu lama sejak saya merasakan tanggung-jawab atas proyekku dan mulai merasakan dahaga untuk berakting, hahaha. Sebelumnya, semua orang yang bekerja sama denganku adalah aktor hebat dan mereka lah yang lebih sering berkomunikasi dengan sutradara. Itu juga karena saya tidak merasa opiniku akan mengubah banyak hal, selain juga karena saya takut mereka akan berkata, ‘Apa yang kamu bicarakan?’ saat saya mengatakan sesuatu setelah memikirkannya. Jadi, saya rasa sejak serial TV Sunlight Pours Down (Shining Days) saya menemukan keasyikan berakting. Saya mulai ingin melakukan lebih banyak lagi setelah melihat opiniku tergambarkan di serial Full House.

*Kabarnya, kamu bertemu sutradara Lee Jung Hyang tanpa skenario.
Saya sudah banyak mendengar tentang sutradara Lee Jung Hyang dari banyak orang. Sangat disayangkan dia harus absen sekian lama padahal dia begitu berbakat. Jadi, saya rasa ini perlahan-lahan mulai membuatku tertarik. Dan, saat saya mendengar dia memulai proyek baru, saya berkata saya ingin bertemu dengannya. Pertama-tama dia berkata dari sudut pandang umum bahwa A Reason to Live dan saya tidak cocok. Karena itu saya memintanya untuk bertemu lebih dahulu karena saya tidak bisa berbuat apa-apa bila dia tak menyukaiku. Tapi, saya rasa dia akhirnya memintaku memerankannya, karena setelah bertemu dan berbicara beberapa kali, dia menyadari bahwa saya tak seperti yang dia kira.

*Sepertinya kamu tipe yang mendekati sebuah proyek atau karakter dengan aktif bila kamu tertarik ya?
Saya berbohong bila mengatakan saya tidak tamak dalam berakting, namun saya bukan orang yang mencoba meraih apa yang tak ada dalam gengamanku. Sebaliknya, bila takdir memberiku kesempatan, maka saya jadi serakah dan mencoba melakukan yang terbaik dengannya. Saya bukan tipe yang mengatakan saya akan melakukan itu, saya akan mendapatkan itu, bila pada kenyataannya itu bukan milikku. Saya rasa bila sesuatu ditakdirkan untuk menjadi milikku, pasti akan datang padaku suatu hari nanti secara alami. Bila dia meninggalkanku, itu karena tidak ditakdirkan untuk jadi milikku, baik itu proyek maupun hal lainnya.

*Apakah itu juga berlaku pada pekerjaan dan orang?
Ya, saya rasa begitu. Bila seseorang ditakdirkan untuk menjadi salah satu orangku, maka orang itu akan berada di sisiku apapun yang terjadi dan seberapa pun beratnya. Bila tidak, maka orang itu bisa terluka oleh hal terkecil sekalipun dan meninggalkanku.

*Begitu mengenal seseorang, hubunganmu dengan orang itu akan bertahan lama kan?
Selama orang itu dan saya tidak saling melukai atau dia tidak menikamku dari belakang, hahaha. Saya rasa saya tidak pernah meninggalkan seseorang sebelumnya. Mereka lah yang mungkin meninggalkanku untuk yang lebih baik. Tentu saja rasanya sakit dan saya merasa kesepian dan kosong saat orang yang sangat kusayangi meninggalkanku. Tapi, saya kemudian berkata pada diriku sendiri bahwa hubungan ini mungkin memang sudah sampai di sini saja. Saya mungkin merasa berat akan hal ini, namun apa yang bisa kulakukan saat mereka membuat keputusan untuk hidup mereka sendiri? Ada juga orang-orang yang masih terus kupikirkan meski saya sudah melepaskannya. Dalam kasus ini, saya yang duluan menghubungi mereka. Bila tidak, maka ini benar-benar perpisahan.

*Tampaknya kamu pasrah dengan hubungan dan putus saat di industri hiburan ya.
Mengenai pertemuan dan perpisahan... Saya rasa saya jadi seperti ini karena pekerjaan. Dan, tentu saja, semua orang membuat kesalahan dan saya juga demikian. Meski begitu, saya pikir saya mengambil garis batas dan bila itu dilanggar saya bisa memfokuskan pikiranku secara alami.

*Apakah ada insiden memaafkan yang kamu sesali dalam hidupmu?
Saya rasa tak ada hal besar yang terjadi padaku untuk bisa menggunakan kata 'memaafkan', hahaha. Semua hanya sampai tahap di mana kami saling memahami atau tidak. Saya rasa tak akan ada perubahan besar hanya dengan memaafkan.

*Itulah seberapa besar arti 'memaafkan' bagimu sekarang, hahaha.
Ini jadi lebih bermakna bagiku dari sebelum saya syuting film ini... Saya rasa saya juga takut. Dulunya saya berpikir ini hanyalah sebuah kata bagus, namun setelah syuting A Reason to Live, saya rasa saya tak bisa menyebutkan kata ini dengan mudah untuk tujuan apapun.

*Saat kamu makin dewasa, spektrum aktingmu makin meluas. Tapi kamu pastinya juga merasa ada range peran yang lebih kecil untuk dimainkan sebagai aktris di Korea.
Benar. Ada yang bertanya mengapa saya mengerjakan film China, namun sesungguhnya tak banyak proyek yang bisa dipilih. Semua aktor ingin memerankan peran yang belum pernah mereka coba dan mengalami genre baru. Tapi, di sisi lain, orang-orang yang membuatnya cenderung ingin membuat pilihan di genre atau dengan karakter yang aman dan telah terbukti berhasil pada publik. Dan tak banyak orang yang mencoba menemukan sisi baru dari aktor dan membuat sesuatu darinya. Aktor pria cenderung memiliki pilihan yang lebih luas, tapi tidak demikian dengan aktris. Karena itu hanya ada sedikit skenario yang bisa dipilih, dan bila ada karakter bagus untuk dimainkan, persaingan pun meningkat, hahaha. Ada banyak aktris di sekelilingku dengan bakat luar biasa. Dan, banyak orang bertanya pada mereka mengapa tidak bekerja dan berubah, namun saya berharap sebuah lingkungan di mana para aktris bisa memainkan banyak peran dan peran-peran baru sebelum mereka memintanya.

*Tapi kamu tidak membuat pilihan yang aman. Film-film yang kamu bintangi, di antaranya Hwang Jin Yi, Fetish, Camellia: Love for Sale, dan A Reason to Live, menunjukkan bahwa kamu aktris yang cukup berani. Bila melihat Fetish, skenarionya mengenai pemujaan dan seorang wanita yang memiliki darah shaman di dalam dirinya. Dengan kata lain, kamu melakukan petualangan.
Saya bisa rapuh namun juga memiliki sisi 'berani' dalam diriku, hahaha. Fetish mengenai subyek baru dan karakternya menyegarkan, jadi saya sangat ingin memerankannya. Selain itu, ini tidak terlalu membebani karena ini film independen yang hanya membutuhkan waktu sebulan untuk syuting. Apalagi lokasinya di New York, jadi saya juga penasaran dengan seperti apa tempatnya. Ini merupakan sedikit petualangan bagiku, hahaha. Saya memutuskan untuk mengerjakannya karena saya pikir ini akan menyenangkan. Dan, seperti yang kuperkirakan, saya sangat menikmati syutingnya.

*Apakah tidak sulit untuk beradaptasi dengan syuting film, tak hanya di new york namun juga di China, untuk The Grand Master?
Saya tak mengalami kesulitan apapun di New York karena ada banyak yang bisa dilihat. Sangat mudah untuk bepergian ke suatu tempat dan saya syuting film independen jadi tidak merasa tertekan. Tapi, dengan The Grand Master, sutradara Wong Kar Wai adalah sosok perfeksionis dan bekerja sangat lambat. Jadi, saat saya bersiap-siap untuk tidur demi syuting keesokan harinya, dia menelepon di malam hari sebelumnya untuk mengatakan syuting dibatalkan. Plus lokasi syutingnya berada tiga jam perjalanan mobil dari Guangzhou dan kami tidak tahu kapan syuting berikutnya dijadwalkan, jadi pada dasarnya kami di sana sepanjang waktu. Selain itu, tak ada hal lain untuk dikerjakan selain belajar bahasa China dan berolahraga di hari saya tidak syuting. Saya jadi bosan dan bahkan tak tahu apa yang kulakukan. Untungnya, penerjemahku selalu bersamaku dan menghiburku.

*Tak banyak yang diketahui tentang The Grand Master selain preview singkat yang sudah dipertontonkan. Kami bahkan tak tahu peran apa yang kamu bawakan.
Saya sendiri juga tidak tahu, hahaha. Ini bukan film yang kuputuskan untuk kukerjakan karena skenario atau karakterku, namun semua hanya karena ceritanya tentang Ip Man, bahwa Tony Leung akan memerankan Ip Man dan saya adalah istrinya. Selain fakta bahwa semua orang terhubung pada Tony Leung, tak ada adegan di mana kami semua tampil bersama. Jadi, film ini merupakan petualangan bagiku. Saya bahkan mungkin hanya muncul di satu adegan saja, hahaha. Saat syuting sebuah adegan, dia memintaku untuk berpikir seakan saya wanita yang rapuh. Kemudian dia mengulang syuting adegan yang sama, namun kali ini memintaku untuk berpikir seperti wanita yang tangguh. Dan terkadang dia memintaku berakting seperti wanita seksi. Kami selalu mengambil adegan dengan nuansa berbeda, Karena itu, saya tak tahu seperti apa karakterku, hahaha.

*Apakah kamu stres bekerja di lingkungan seperti itu?
Lebih dari sekali saya berkata, “Apa-apaan ini!” Hahaha. Hingga sekarang, saya sudah memerankan peranku dengan pemikiran akurat tentang karakterku, namun sutradara Wong Kar Wai selalu mengubah pemikiranku tentang karakterku, dan terkadang membuatku marah. Karena itu saya pernah menentangnya beberapa kali. Tapi itu semua tak berguna. Dia hanya bergumam dan membiarkannya berlalu, sementara saya memendam amarahku di dalam hati. Kemudian amarahku mungkin sudah benar-benar memuncak karena suatu hari dia bertanya pada penerjemahku siapa yang memegang pasporku. Lalu, saat dijawab bahwa saya yang memegangnya, dia langsung berkata, “Hei! Ambil paspor itu darinya!” Mungkin saya terlihat seperti akan melarikan diri ya, hahaha.

*Bagaimana rasanya bekerjasama dengan Tony Leung?
Dia tidak goyah, berapapun banyaknya syuting yang kulakukan untuk sebuah adegan dengan beragam akting. Biasanya mudah bagi seorang aktor untuk kehilangan arah atau berakting berbeda saat syuting sebuah adegan beberapa kali karena partnermu kehilangan energi. Tapi Tony Leung tetap tak berubah dengan aktingnya, berapa pun banyaknya pengambilan gambarku untuk sebuah adegan, dan bahkan saat pelafalanku salah. Saya pasti sudah terbahak-bahak bila saya jadi dia. Dia aktor yang luar biasa.

*Media China tertarik pada segalanya tentang dirimu, dan kamu mungkin aktris paling aktif di China untuk range usiamu. Perubahan seperti apa yang kamu rasakan dari upaya kariermu di pasar sebesar China?
Saya tak bisa melihatnya secara langsung karena saya bukan penyanyi yang berdiri di atas panggung. Oh! Tapi saya terkejut saat kami syuting di Tibet ada beberapa orang tua di pedesaan yang mengenaliku. Hahaha... Saya rasa itu mengubahku, lepas dari akting atau popularitasku. Orang-orang biasanya terinspirasi dan kemudian menjadi dewasa dengan bepergian ke luar negeri, kan? Saya juga menemukan sisi tak elegan dalam diriku dengan melakukan kegiatan di mancanegara dan meningkat melalui hubunganku dengan orang-orang baru.

*Apa yang tidak elegan dari dirimu?
Dalam sisi betapa tertutupnya saya? Sepertinya semua hal itu perlahan-lahan mulai hilang setelah terstimulasi oleh ini dan itu di dunia yang lebih besar. Bahkan dengan orang-orang, saya tak lagi memikirkan keuntungan pribadi namun mencari jalan untuk membantu semua orang. Saya rasa pemikiranku akan dunia sudah lebih luas.

*Apa kamu pikir kamu seorang yang kompetitif?
Saya rasa begitu saat saya memulai sesuatu yang baru. Dan itu bukan hanya pada orang yang jadi pesaingku, namun saya juga ingin berusaha lebih baik. Saya rasa saya tak perlu bersikap bersaing dengan hasil filmnya karena itu bukan seluruhnya kewajiban seorang aktor. Tapi, dalam sebuah film, saya berjuang dengan diriku sendiri dari karya sebelumnya. Pikiran terkuat yang kumiliki adalah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya karena saya tak mau orang berkata saya mundur, hahaha.

*Sudah tiga tahun sejak kamu diwawancara untuk The World That They live In. Kenangan apa yang kamu miliki dari karakter Joo Joon young yang kamu perankan saat itu?
Itu pertama kalinya saya mendapat begitu banyak dialog, hahaha. Saya belajar banyak hal selama mengerjakannya. Itu proyek yang kurasa paling memuaskan, nyaris di semua adegannya. Dan pengalaman itu saya bawa ke dalam A Reason to Live. Sekarang saya mulai berpikir bahwa segalanya akan menyenangkan dari sekarang. Tentu saja, saya baru akan mengetahuinya begitu saya memulainya, tapi saya percaya ada kesenangan jenis berbeda yang menantiku... Berbeda dari saat saya masih berusia 20-an.

Credit: www.asiangrup.com
Share: KpopFansClub
post. HanHyuNa@KpopFanClub
TAKE OUT WITH FULL CREDITS!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...